Rabu, 02 Agustus 2017

Sejarah virus

Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.

Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.[1] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.

Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.

Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau.Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.

Ciri-ciri virus

A.Virus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


  • Tubuh virus terdiri atas: kepala , kulit (selubung atau kapsid), isi tubuh, dan serabut ekor. 
  •  virus memiliki lapisan protein yang disebut kapsid 
  • Virus hanya dapat berkembang biak di sel hidup lainnya. Seperti sel hidup pada bakteri, hewan, tumbuhan, dan sel hidup pada manusia.
  • Virus tidak dapat membelah diri.
  • Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa, tetapi dapat dikristalkan. 
 Hasil gambar untuk ciri ciri virus

Struktur tubuh virus

Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Karena itu pula, virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri.
Partikel virus mengandung DNA atau RNA yang dapat berbentuk untai tunggal atau ganda. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal. Bahan genetik tersebut diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid. Kapsid bisa berbentuk bulat (sferik) atau heliks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.
Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut. Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.
Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.
Jenis-Jenis Struktur Virus
• Virus Berselubung

• Virus Kompleks

• Virus Telanjang


 Hasil gambar untuk struktur tubuh i virus

Reproduksi virus

Virus hanya dapat berkembang biak pada sel atau jaringan hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk bereproduksi. Cara reproduksi virus disebut proliferasi atau replikasi. 
Pada Bakteriofage reproduksinya dibedakan menjadi dua macam, yaitu daur litik dan daur lisogenik. Pada daur litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil melakukan reproduksi, sedangkan pada daur lisogenik, virus tidak menghancurkan sel bakteri tetapi virus berintegrasi dengan DNA sel bakteri, sehingga jika bakteri membelah atau berkembangbiak virus pun ikut membelah. 
Pada prinsipnya cara perkembangbiakan virus pada hewan maupun pada tumbuhan mirip dengan yang berlangsung pada bakteriofage, yaitu melalui fase adsorpsi, sintesis, dan lisis.
a. Infeksi secara litik/daur litik
    Daur litik melalui fase-fase berikut ini:
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Dengan ujung ekornya, fag melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel bakteri, daerah itu disebut daerah reseptor (receptor site : receptor spot). Daerah ini khas bagi fag tertentu, dan fag jenis lain tak dapat melekat di tempat tersebut. Virus penyerang bakteri tidak memiliki enzim-enzim untuk metabolisme, tetapi rnemiliki enzim lisozim yang berfungsi merusak atau melubangi dinding sel bakteri.
Sesudah dinding sei bakteri terhidrolisis (rusak) oleh lisozim, maka seluruh isi fag masuk ke dalam hospes (sel bakteri). Fag kemudian merusak dan mengendalikan DNA bakteri.
2. Fase Replikasi (fase sintesis)
DNA fag mengadakan pembentukan DNA (replikasi) menggunakan DNA bakteri sebagai bahan, serta membentuk selubung protein. Maka terbentuklah beratus-ratus molekul DNA baru virus yang lengkap dengan selubungnya.
3. Fase Pembebasan virus fag - fag baru / fase lisis
Sesudah fag baru terbentuk, sel bakteri akan pecah (lisis), sehingga keluarlah fag yang baru. Jumlah virus baru ini dapat mencapai sekitar 200. Pembentukan partikel bakteriofag memerlukan waktu sekitar 20 menit. 

b. Infeksi secara lisogenik/daur lisogenik
    Daur lisogenik melalui fase-fase berikut ini:
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag menempel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan penetrasi pada bakteri kemudian mengeluarkan DNAnya ke dalam tubuh bakteri.
2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA bakteri membentuk profag. Dalam bentuk profag, sebagian besar gen berada dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya acla satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profag tidak aktif.
3. Fase pembelahan
Bila bakteri membelah diri, profag ikut membelah sehingga dua sel anakan bakteri juga mengandung profag di dalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-menerus selama sel bakteri yang mengandung profag membelah. Jadi jelaslah bahwa pada virus tidak terjadi pembelahan sel, tetapi terjadi penyusunan bahan virus (fag) baru yang berasal dari bahan yang telah ada dalam sel bakteri yang diserang.


Hasil gambar untuk reproduksi virus

Cara pencegahan pada tumbuhan


Cara Mengatasi Cucumber Mosaik Virus

Gambar daun terjangkit mosaik virus -
en.wikipedia.com
Meskipun botanis dapat memberitahu kita apa yang menyebabkan Cucumber Mosaik Virus, mereka belum menemukan obatnya. Pencegahannya sulit karena waktu yang singkat antara saat terjangkit kutu virus secara bersama. Musim kontrol kutu awal dapat membantu, tetapi Cucumber Mosaic Virus tidak menjumpai cara pengobatan saat ini. Hal ini menyarankan bahwa jika tanaman mentimun Anda dipengaruhi oleh Cucumber Mosaic Virus, mereka harus segera disingkirkan dari kebun atau dengan perawatan dari awal.
Virus berbeda dengan patogen dari golongan jamur, bakteri, atau nematoda yang dapat diatasi dengan aplikasi pestisida. Sampai saat ini, belum ditemukan bahan kimia yang secara ekonomi dapat menghentikan infeksi virus dalam tanaman inang. Namun, beberapa peneliti mulai mencari peluang penggunaan bahan-bahan yang mungkin bisa bersifat antivirus, seperti sabun dan susu. Raoetal.(2004) mencoba menggunakan sabun Dettol, Margo,dan Neem dengan konsentrasi 50 dan 100 ppm untuk mengendalikan CMV. Hasilnya ternyata Margo dan Neem pada konsentrasi 100 ppm mampu menghambat infeksi masing-masing 90,5% dan 90% pada kalus tembakau yang terinfeksi CMV.
Kumar (2006) mempraktekkan penggunaan suspensi susu sapi segar (4S) selama 2 tahun pada la han petani dan berhasil menurunkan serangan kerupuk pada cabe. Benih cabe direndam dalam 4S 50% (susu: air= 1:1) selama 24 jam kemudian di salut dengan Trichoderma viride (6 g/kg benih). Bedengan diberi T. viride (10 g/m2). Pada saat transplanting, bibit cabe direndam kembali dengan 4S (15%) selama 20 menit. Mulai 20 hari setelah transplanting tanaman disemprot dengan 4S (15%) 4 kali dengan interval 15 hari. Namun peluang penggunaan untuk CMV belum pernah dicoba. Demikian juga penggunaan sabun dalam skala luas (lapang). Oleh karena itu pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus perlu dilakukan melalui pendekatan pengelolaan penyakit secara terpadu (Semangun, 1993; Sitepu, 1993). Beberapa tindakan pengendalian penyakit karena virus menurut Akin (2006) pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi:
  1. penghilangan sumber inokulum,
  2. penghindaran sumber infeksi,
  3. pengendalian vektor virus,
  4. perlindungan tanaman dengan strain lemah (proteksi silang),dan
  5. penggunaan tanaman transgenik.

 

1. Penghilangan Sumber Inokulum

Penggunaan benih atau bibit tanaman bebas virus merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghindarkan terjadinya epidemi penyakit virus.Serangga vektor virus selalu ada di lapangan, maka usaha menghilangkan tanaman terinfeksiperlu dilakukan untuk menghindari terjadinya epidemi penyakit virus. Sanitasi perlu dilakukan terhadap sumber infeksi dilapangan yang berupa gulma, tanaman inang alternatif, sisa tanaman,dan tanaman kepras. Sanitasi bertujuan membersihkan sumber inokulum dengan cara mencabut tanaman sakit maupun tanaman inang lainnya kemudian dimusnahkan, membersihkan peralatan dan tangan pekerja di lahan yang terserang virus dengan detergen (Dalmadiyo dan Yulianti, 2006).
Usaha menghilangkan sumber infeksi dapat dilakukan dengan:
  • Menghilangkan gulma dan tanaman inang lainnya (Semangun, 1989) Beberapa virus mempunyai tanaman inang berupa gulma yang berada disekitar tanamanyang dibudidayakan. Menurut Akin(2006) CMV mempunyai inang alternatif lebih dari 845 spesiestermasuk gulma yang ada disekitar tanaman utama.
  • Tanaman sisa dari musim sebelumnya merupakan sumber infeksi yang potensial untuk tanaman baru, sehingga perlu dimusnahkan (eradikasi). Tanaman yang terinfeksi virus dalam suatu pertanaman harus dihilangkan untuk menghindari terjadinya penularan pada tanaman lain yang masih sehat. Eradikasi tanaman sakit ini lebih efektif dilakukan pada saat tanaman masih muda.

2. Menghindari Sumber Infeksi

Menghindari sumber infeksi merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya epidemi penyakit. Beberapa tindakanyang dapat dilakukan untuk menghindari sumber infeksi adalah sebagai berikut:
  • Melakukan pergiliran tanaman, dengan cara tidak menanam tanaman sejenis secara terus menerus, hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit agar tidak terjadi epidemi penyakit.
  • Menanam pada areal yang terisolasi, hal ini lebih diarahkan untuk memproduksi benih atau bibit yang bebas virus.
  • Menjaga agar tanaman tetap sehat (higienis) untuk menghadapi serangan penyakit terutama virus yang stabil.
  • Penggunaan benih dan bibit yang bebas virus yang berarti meniadakan sumber infeksisehingga bisa menunda terjadinya epidemi penyakit virus di lapangan.
  • Menghindari vektor, khusus untuk kebun pembibitan, pemilihan lokasi yang bebas vektor virus merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan benih yang bebas virus.

3. Penggunaan Varietas Tahan

Pengendalian dengan menggunakan varietas yang tahan merupakan cara yang paling efektif, efisien, mudah penerapannya,dan dapat dikombinasikan dengan teknik pengendalian yang lainnya (Hadiastono, 1986; Melton, 1998). Akan tetapi penggunaan varietas tahan harus mempertimbangkan teknik budidaya, pascapanen,dan prosesingnya sehingga mutu dapat diterima oleh pasar. Varietas H 894 bersifat agak tahan terhadap CMV (Susilowati etal.,1992b), dan mutunya sesuai sebagai bahan ombladdan filler(Suripno dan Yulianti,2006). Penggunaan varietas yang tahan terhadap CMV merupakan salah satu cara yang efektif untuk pengusahaan tembakau cerutu karena sampai dengan saat ini belum ada pestisida yang bisa mematikan virus secara langsung. Kesulitan utama dalam mengembangkan varietas yang tahan yaitu apabila timbul strain virus baru yang lebih virulen sehingga daya tahan (toleransi) terhadap virus menjadi berkurang bahkan bisa jadi rentan. Varietas yang tahan terhadap strain virus tertentu pada suatu daerah belum tentu tahan untuk daerah lainnya (Mathews, 1970).

4. Pengendalian Vektor

Menurut Gonzalves dan Garnsey (1989) penyakit CMV dapat ditularkan secara mekanis, oleh lebih dari 60 jenis kutu daun secara nonpersisten, termasuk Myzus persicaedan Aphis gossypii, serta melalui biji beberapa tanaman inang.
Penularan penyakit CMV di lapang lebih ditentukan oleh aktivitas serangga vektor dan tersedianya sumber inokulum. Pengisapan virus nonpersisten, secara singkat yang dilakukan oleh kutu daun yang bersayaplebih berperan dalam menyebarkan penyakit dibanding serangga yang tidak bersayap dan membentuk koloni pada tanaman tembakau. Upaya pengendalian vektor dapat dilakukan secara kimiawi (pestisida) maupun nonkimiawi.
  • Pengendalian serangga vektor yang dapat menularkan penyakit virus sulit dilakukan karena berupa hama. Populasi serangga vektor yang sedikit saja sudah dapat menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap epidemi penyakit. Penggunaan insektisida sistemik lebih disarankan untuk mengendalikan serangga vektor,karena dapat bertahan lama dalam jaringan tanaman sehingga vektor akan mati bila mengisap jaringan tanaman. Aplikasi insektisida lebih efektif digunakan untuk mengendalikan vektor virus yang mempunyai sifat persisten dibanding yang nonpersisten. Vektor virus nonpersisten penularan virusnya berlangsung cepat dan singkat, sehingga penggunaan insektisida tidak banyak berpengaruh.
  • Pengendalian secara nonkimiawi dapat dilakukan dengan cara: penggunaan tanaman pembatas (barrier crop), mulsa berefleksi, dan menggunakan minyak mineral.
Penggunaan tanaman pembatasmenurut Akin (2006) dapat menurunkan intensitas penyakit 80%, karena vektor virus tertahan dalam tanaman tersebut sehingga kehilangan infektivitasnya. Mulsa plastik yang mengkilat dapat digunakan untuk mengendalikan kutu daun yang merupakan salah satu vektor virus. Penggunaan minyak mineral yang disemprotkan pada permukaan daun dapat mengendalikan kutu daun.

5. Pengendalian Dengan Proteksi Silang

Tindakan pengendalian virus dengan proteksi silang dilakukan dengan penggunaan isolat lemah suatu virus, yang bertujuan untuk melindungi tanaman dari kerusakan super infeksi strain ganas (Homma, 1990). Strain lemah ini menurut Akin (2006) dapat diperoleh dengan cara mutasi, penularan melalui inang atau vektor selektif dan seleksi dari populasi alamiah strain virus yang ada di lapang.Akan tetapi mekanisme proteksi silang ini sampai saat ini masih belum banyak dilakukan.

6. Pengendalian Dengan Tanaman Transgenik

Terdapat dua tipe ketahanan tanaman transgenik terhadap virus yaitu 1) ketahanan yang khas terhadap virus asal gen dan 2) ketahanan spektrum luas yaitu mempunyai sifat ketahanan terhadap virus lainnya. Akan tetapi penggunaan tanaman transgenik dalam usaha tani tembakau terutama tembakau cerutu mendapat penolakan dari pasar sehingga belum dapat dilakukan
Virus kuning atau virus gemini pada tanaman cabe merupakan penyakit tanaman cabe yang sangat sulit diatasi. Saat ini belum ditemukan pestisida kimia yang ampuh untuk mengobati penyakit virus kuning. Akan tetapi penyakit virus gemini dapat diatasi atau dicegah dengan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap virus gemini dan pendekatan lingkungan seperti yang akan dijelaskan pada artikel ini.


Cara Mengatasi Penyakit Virus Kuning pada Tanaman Cabe
Ciri-ciri Tanaman Cabe Terserang Virus Kuning
Ciri-ciri tanaman cabe yang terserang virus kuning daunnya menggulung, mengecil dan berwarna kuning. Produksi tanaman cabe yang terserang gemini virus ini dapat menurun bahkan tidak berbuah bila serangan sejak tanaman belum berbunga. Serangan virus kuning pada tanaman cabe menunjukkan gejala bercak kuning di atas permukaan daun, dan perlahan bercak itu meluas hingga seluruh permukaan daun menguning. Bentuk daun menjadi kecil dari ukuran normal, melengkung dan kaku. Pada serangan berat, hamparan cabe bisa berubah menjadi kuning, lalu daun akan rontok
Penularan Virus Kuning pada Tanaman Cabe
Virus kuning ini ditularkan oleh kutu kebul Bemisia tabaci atau Bemisia argentifolia. Kutu kebul dewasa yang mengandung virus dapat menularkan virus selama hidupnya pada waktu menghisap daun cabe.Satu kutu kebul cukup untuk menularkan virus gemini. Efisiensi penularan meningkat dengan bertambahnya jumlah serangga per tanaman. Virus gemini dapat dengan cepat menyebar dan menular lebih luas berbagai jenis tanaman karena sifat kutu kebul yang mampu makan pada banyak jenis tanaman (polifagus). Selain itu, virus gemini juga memiliki tanaman inang yang luas dari berbagai tanaman seperti: ageratum, kacang buncis, kedelai, tomat, tembakau, dll. Upaya pencegahan atau mengatasi virus kuning/gemini harus dilakukan agar penularan virus tidak cepat merambat.
Cara Mengatasi Virus Kuning Pada Tanaman Cabe
Cara mengatasi virus kuning dapat dilakukan secara ramah lingkungan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mengekstrak beberapa jenis tumbuhan untuk merangsang pertumbuhan gen resisten yang tahan/kebal terhadap serangan kutu kebul yang menularkan virus kuning. Ektrak tanaman ini merupakan salah satu langkah efektif untuk melindungi tanaman terhadap penyakit virus kuning.
Tanaman yang dapat di ekstrak adalah daun bunga pukul empat, daun bunga pagoda, daun bayam duri. Cara mengenkstrak tanaman tersebut (salah satu) yaitu dengan cara merendam daun sebanyak 250 gram ke dalam 1 liter air panas selama 3 jam, lalu disaring dan di ambil larutan ekstraknya saja. Campurkan larutan ekstrak tersebut dengan air perbandingan 1:10 (1 liter ekstrak ; 10 liter air). Kemudian disemprotkan ke tanaman cabe pada persemaian, 3 hari dan 15 hari setelah pindah tanam.
Pemberian agen hayati juga dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit virus kuning. Jenis agen hayati yang dianjurkan adalah biodecomposer dan biofungisida. Semprotkan agen hayati tersebut pada tanaman cabe di persemaian, 1 minggu dan 4 minggu setelah pindah tanam.

Cara pencegahan dan pengobatan pada hewan

  Newcastle Disease (NCD)
Newcastle Disease (NCD) juga di kenal dengan sampar ayam atau Tetelo

Cara Pencegahan:
·         Vaksinasi yang teratur sesuai dengan program yang dianjurkan yaitu:
a.       Umur ayam antara Umur ayam antara 4-7 hari, vaksinasi dengan vaksin aktif melalui tetes mata yaitu cukup tetes pada mata kiri atau kanan juga dilakukan vaksinasi inaktif yang disuntikan pada kulit leher dengan menggunakan Spuit atau spet dengan dosis 0,2-0,25 CC pada waktu yang sama.
b.      Umur ayam antara 18 hari - 21 hari dilakukan vaksinasi (revaksinasi) dengan vaksin aktif galur lasota / Clone melalui tetes mata atau air minum.
c.       Setelah vaksinasi kedua, vaksinasi selanjutnya dapat dilakukan pada umur ayam tiga bulan atau empat bulan atau setiap akan memasuki bulan peralihan.
Hasil gambar untuk penyakit newcastle disease pada ayam
·         Memelihara ayam dalam kandang terbatas serta menjaga kebersihan ayam, jangan memasukkan ayam luar sebelum dikarantina atau divaksin dan dipastikan tidak membawa penyakit.  



\   Papillomatosis (Kutil pada Sapi)
Penyakit kutil (Warts) atau papillomatosis pada sapi disebabkan oleh virus yang dikenal dengan Bovine Papillomavirus (BPV). 
CARA PENCEGAHAN
 
·     Hindari pemerahan yang mengakibatkan trauma pada puting yang sakit juga bisa mengendalikan penyebaran penyakit ini
·         Menjaga kebersihan selama proses pemerahan.
·         Pemerah yang menggunakan sarung tangan dan desinfektan celup putting yang baik dari golongan Chlorhexidine bisa digunakan untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini. 
 .      Rabies

     CARA PENCEGAHAN:
 
·         Memelihara anjing dan hewan lainnya dengan baik dan benar. Jika tidak dipelihara dengan baik dapat diserahkan ke Dinas Peternakan atau para pecinta hewan.
·         Mendaftarkan anjing ke Kantor Kelurahan/Desa atau Petugas Dinas Peternakan setempat.
·         Pada hewan virus rabies dapat ditangkal dengan vaksinasi secara rutin 1-2 kali setahun tergantung vaksin yang digunakan, ke Dinas Peternakan, Pos Kesehatan Hewan atau Dokter Hewan Praktek.
·         Semua anjing/kucing yang potensial terkena, divaksin setelah umur 12 minggu, lau 12 bulan setelahnya, dilanjutkan dengan tiap 3 tahun dengan vaksin untuk 3 tahun, untuk kucing harus vaksin inaktif.
·         Penangkapan/eliminasi anjing, kucing, dan hewan lain yang berkeliaran di tempat umum dan dianggap membahayakan manusia.
·         Pengamanan dan pelaporan terhadap kasus gigitan anjing, kucing, dan hewan yang dicurigai menderita rabies.
·         Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit rabies.
·         Menempatkan hewan didalam kandang, memperhatikan serta menjaga kebersihan dan kesehatan hewan.
·         Setiap hewan yang beresiko rabies harus diikat/dikandangkan dan tidak membiarkan anjing bebas berkeliaran.
·         Menggunakan rantai pada leher anjing dengan panjang tidak lebih dari 2 meter bila tdak dikandang atau saat diajak keluar halaman rumah.
·          Tidak menyentuh atau memberi makan hewan yang ditemui di jalan
·         Daerah yang sudah bebas rabies, haeus mencegah masuknya anjing, kucing atau hewan sejenisnya dari daerah yang tertular rabies.
·         Pada area terkontaminasi dilakukan desinfeksi menggunakan 1:32 larutan (4 ounces per gallon) dari pemutih pakaian untuk menginaktifkan virus dengan cepat.
Hasil gambar untuk rabies

Cara pencegahan dan pengobatan pada manusia

 


Pencegahan terbaik adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh. Pada penderita alergi, asthma dan gangguan saluran cerna. Pada kasus tertentu juga mempunyai daya tahan tubuh yang buruk seperti penderita HIV AIDS. Malnutrisi, penderita leukemia, kelainan jantung bawaan biru, gagal ginjal dan gangguan lainnya
Pencegaha lainnya yang dilakukan adalah menghindari penularan dengan memakai masker, cuci tangan yang bersih di air mengalir pakai sabun dan higiena sanitasi lainnya.
Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi virus.
Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus terjadi dengan penggunaan antibiotik yang tidak pada tempatnya, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus. Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.

Sejarah virus

Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun ...