Cara Mengatasi Cucumber Mosaik Virus
Gambar daun terjangkit mosaik virus - en.wikipedia.com |
Meskipun botanis dapat memberitahu kita apa yang menyebabkan Cucumber
Mosaik Virus, mereka belum menemukan obatnya. Pencegahannya sulit karena
waktu yang singkat antara saat terjangkit kutu virus secara bersama.
Musim kontrol kutu awal dapat membantu, tetapi Cucumber Mosaic Virus
tidak menjumpai cara pengobatan saat ini. Hal ini menyarankan bahwa jika
tanaman mentimun Anda dipengaruhi oleh Cucumber Mosaic Virus, mereka
harus segera disingkirkan dari kebun atau dengan perawatan dari awal.
Virus berbeda dengan patogen dari golongan jamur, bakteri, atau nematoda
yang dapat diatasi dengan aplikasi pestisida. Sampai saat ini, belum
ditemukan bahan kimia yang secara ekonomi dapat menghentikan infeksi
virus dalam tanaman inang. Namun, beberapa peneliti mulai mencari
peluang penggunaan bahan-bahan yang mungkin bisa bersifat antivirus,
seperti sabun dan susu. Raoetal.(2004) mencoba menggunakan sabun Dettol,
Margo,dan Neem dengan konsentrasi 50 dan 100 ppm untuk mengendalikan
CMV. Hasilnya ternyata Margo dan Neem pada konsentrasi 100 ppm mampu
menghambat infeksi masing-masing 90,5% dan 90% pada kalus tembakau yang
terinfeksi CMV.
Kumar (2006) mempraktekkan penggunaan suspensi susu sapi segar (4S)
selama 2 tahun pada la han petani dan berhasil menurunkan serangan
kerupuk pada cabe. Benih cabe direndam dalam 4S 50% (susu: air= 1:1)
selama 24 jam kemudian di salut dengan Trichoderma viride (6 g/kg
benih). Bedengan diberi T. viride (10 g/m2). Pada saat transplanting,
bibit cabe direndam kembali dengan 4S (15%) selama 20 menit. Mulai 20
hari setelah transplanting tanaman disemprot dengan 4S (15%) 4 kali
dengan interval 15 hari. Namun peluang penggunaan untuk CMV belum pernah
dicoba. Demikian juga penggunaan sabun dalam skala luas (lapang). Oleh
karena itu pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus perlu
dilakukan melalui pendekatan pengelolaan penyakit secara terpadu
(Semangun, 1993; Sitepu, 1993). Beberapa tindakan pengendalian penyakit
karena virus menurut Akin (2006) pada umumnya dapat dikelompokkan
menjadi:
- penghilangan sumber inokulum,
- penghindaran sumber infeksi,
- pengendalian vektor virus,
- perlindungan tanaman dengan strain lemah (proteksi silang),dan
- penggunaan tanaman transgenik.
1. Penghilangan Sumber Inokulum
Penggunaan benih atau bibit tanaman bebas virus merupakan salah satu
cara yang efektif untuk menghindarkan terjadinya epidemi penyakit
virus.Serangga vektor virus selalu ada di lapangan, maka usaha
menghilangkan tanaman terinfeksiperlu dilakukan untuk menghindari
terjadinya epidemi penyakit virus. Sanitasi perlu dilakukan terhadap
sumber infeksi dilapangan yang berupa gulma, tanaman inang alternatif,
sisa tanaman,dan tanaman kepras. Sanitasi bertujuan membersihkan sumber
inokulum dengan cara mencabut tanaman sakit maupun tanaman inang lainnya
kemudian dimusnahkan, membersihkan peralatan dan tangan pekerja di
lahan yang terserang virus dengan detergen (Dalmadiyo dan Yulianti,
2006).
Usaha menghilangkan sumber infeksi dapat dilakukan dengan:
- Menghilangkan gulma dan tanaman inang lainnya (Semangun, 1989) Beberapa virus mempunyai tanaman inang berupa gulma yang berada disekitar tanamanyang dibudidayakan. Menurut Akin(2006) CMV mempunyai inang alternatif lebih dari 845 spesiestermasuk gulma yang ada disekitar tanaman utama.
- Tanaman sisa dari musim sebelumnya merupakan sumber infeksi yang potensial untuk tanaman baru, sehingga perlu dimusnahkan (eradikasi). Tanaman yang terinfeksi virus dalam suatu pertanaman harus dihilangkan untuk menghindari terjadinya penularan pada tanaman lain yang masih sehat. Eradikasi tanaman sakit ini lebih efektif dilakukan pada saat tanaman masih muda.
2. Menghindari Sumber Infeksi
Menghindari sumber infeksi merupakan salah satu cara untuk mengurangi
terjadinya epidemi penyakit. Beberapa tindakanyang dapat dilakukan untuk
menghindari sumber infeksi adalah sebagai berikut:
- Melakukan pergiliran tanaman, dengan cara tidak menanam tanaman sejenis secara terus menerus, hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit agar tidak terjadi epidemi penyakit.
- Menanam pada areal yang terisolasi, hal ini lebih diarahkan untuk memproduksi benih atau bibit yang bebas virus.
- Menjaga agar tanaman tetap sehat (higienis) untuk menghadapi serangan penyakit terutama virus yang stabil.
- Penggunaan benih dan bibit yang bebas virus yang berarti meniadakan sumber infeksisehingga bisa menunda terjadinya epidemi penyakit virus di lapangan.
- Menghindari vektor, khusus untuk kebun pembibitan, pemilihan lokasi yang bebas vektor virus merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan benih yang bebas virus.
3. Penggunaan Varietas Tahan
Pengendalian dengan menggunakan varietas yang tahan merupakan cara yang
paling efektif, efisien, mudah penerapannya,dan dapat dikombinasikan
dengan teknik pengendalian yang lainnya (Hadiastono, 1986; Melton,
1998). Akan tetapi penggunaan varietas tahan harus mempertimbangkan
teknik budidaya, pascapanen,dan prosesingnya sehingga mutu dapat
diterima oleh pasar. Varietas H 894 bersifat agak tahan terhadap CMV
(Susilowati etal.,1992b), dan mutunya sesuai sebagai bahan ombladdan
filler(Suripno dan Yulianti,2006). Penggunaan varietas yang tahan
terhadap CMV merupakan salah satu cara yang efektif untuk pengusahaan
tembakau cerutu karena sampai dengan saat ini belum ada pestisida yang
bisa mematikan virus secara langsung. Kesulitan utama dalam
mengembangkan varietas yang tahan yaitu apabila timbul strain virus baru
yang lebih virulen sehingga daya tahan (toleransi) terhadap virus
menjadi berkurang bahkan bisa jadi rentan. Varietas yang tahan terhadap
strain virus tertentu pada suatu daerah belum tentu tahan untuk daerah
lainnya (Mathews, 1970).
4. Pengendalian Vektor
Menurut Gonzalves dan Garnsey (1989) penyakit CMV dapat ditularkan
secara mekanis, oleh lebih dari 60 jenis kutu daun secara nonpersisten,
termasuk Myzus persicaedan Aphis gossypii, serta melalui biji beberapa
tanaman inang.
Penularan penyakit CMV di lapang lebih ditentukan oleh aktivitas serangga vektor dan tersedianya sumber inokulum. Pengisapan virus nonpersisten, secara singkat yang dilakukan oleh kutu daun yang bersayaplebih berperan dalam menyebarkan penyakit dibanding serangga yang tidak bersayap dan membentuk koloni pada tanaman tembakau. Upaya pengendalian vektor dapat dilakukan secara kimiawi (pestisida) maupun nonkimiawi.
Penularan penyakit CMV di lapang lebih ditentukan oleh aktivitas serangga vektor dan tersedianya sumber inokulum. Pengisapan virus nonpersisten, secara singkat yang dilakukan oleh kutu daun yang bersayaplebih berperan dalam menyebarkan penyakit dibanding serangga yang tidak bersayap dan membentuk koloni pada tanaman tembakau. Upaya pengendalian vektor dapat dilakukan secara kimiawi (pestisida) maupun nonkimiawi.
- Pengendalian serangga vektor yang dapat menularkan penyakit virus sulit dilakukan karena berupa hama. Populasi serangga vektor yang sedikit saja sudah dapat menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap epidemi penyakit. Penggunaan insektisida sistemik lebih disarankan untuk mengendalikan serangga vektor,karena dapat bertahan lama dalam jaringan tanaman sehingga vektor akan mati bila mengisap jaringan tanaman. Aplikasi insektisida lebih efektif digunakan untuk mengendalikan vektor virus yang mempunyai sifat persisten dibanding yang nonpersisten. Vektor virus nonpersisten penularan virusnya berlangsung cepat dan singkat, sehingga penggunaan insektisida tidak banyak berpengaruh.
- Pengendalian secara nonkimiawi dapat dilakukan dengan cara: penggunaan tanaman pembatas (barrier crop), mulsa berefleksi, dan menggunakan minyak mineral.
Penggunaan tanaman pembatasmenurut Akin (2006) dapat menurunkan
intensitas penyakit 80%, karena vektor virus tertahan dalam tanaman
tersebut sehingga kehilangan infektivitasnya. Mulsa plastik yang
mengkilat dapat digunakan untuk mengendalikan kutu daun yang merupakan
salah satu vektor virus. Penggunaan minyak mineral yang disemprotkan
pada permukaan daun dapat mengendalikan kutu daun.
5. Pengendalian Dengan Proteksi Silang
Tindakan pengendalian virus dengan proteksi silang dilakukan dengan
penggunaan isolat lemah suatu virus, yang bertujuan untuk melindungi
tanaman dari kerusakan super infeksi strain ganas (Homma, 1990). Strain
lemah ini menurut Akin (2006) dapat diperoleh dengan cara mutasi,
penularan melalui inang atau vektor selektif dan seleksi dari populasi
alamiah strain virus yang ada di lapang.Akan tetapi mekanisme proteksi
silang ini sampai saat ini masih belum banyak dilakukan.
6. Pengendalian Dengan Tanaman Transgenik
Terdapat dua tipe ketahanan tanaman transgenik terhadap virus yaitu 1) ketahanan yang khas terhadap virus asal gen dan 2) ketahanan spektrum luas yaitu mempunyai sifat ketahanan terhadap virus lainnya. Akan tetapi penggunaan tanaman transgenik dalam usaha tani tembakau terutama tembakau cerutu mendapat penolakan dari pasar sehingga belum dapat dilakukanVirus kuning atau virus gemini pada tanaman cabe merupakan penyakit tanaman cabe yang sangat sulit diatasi. Saat ini belum ditemukan pestisida kimia yang ampuh untuk mengobati penyakit virus kuning. Akan tetapi penyakit virus gemini dapat diatasi atau dicegah dengan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap virus gemini dan pendekatan lingkungan seperti yang akan dijelaskan pada artikel ini.
Ciri-ciri Tanaman Cabe Terserang Virus Kuning
Ciri-ciri tanaman cabe yang terserang virus kuning daunnya menggulung, mengecil dan berwarna kuning. Produksi tanaman cabe yang terserang gemini virus ini dapat menurun bahkan tidak berbuah bila serangan sejak tanaman belum berbunga. Serangan virus kuning pada tanaman cabe menunjukkan gejala bercak kuning di atas permukaan daun, dan perlahan bercak itu meluas hingga seluruh permukaan daun menguning. Bentuk daun menjadi kecil dari ukuran normal, melengkung dan kaku. Pada serangan berat, hamparan cabe bisa berubah menjadi kuning, lalu daun akan rontok
Penularan Virus Kuning pada Tanaman Cabe
Virus kuning ini ditularkan oleh kutu kebul Bemisia tabaci atau Bemisia argentifolia. Kutu kebul dewasa yang mengandung virus dapat menularkan virus selama hidupnya pada waktu menghisap daun cabe.Satu kutu kebul cukup untuk menularkan virus gemini. Efisiensi penularan meningkat dengan bertambahnya jumlah serangga per tanaman. Virus gemini dapat dengan cepat menyebar dan menular lebih luas berbagai jenis tanaman karena sifat kutu kebul yang mampu makan pada banyak jenis tanaman (polifagus). Selain itu, virus gemini juga memiliki tanaman inang yang luas dari berbagai tanaman seperti: ageratum, kacang buncis, kedelai, tomat, tembakau, dll. Upaya pencegahan atau mengatasi virus kuning/gemini harus dilakukan agar penularan virus tidak cepat merambat.
Cara Mengatasi Virus Kuning Pada Tanaman Cabe
Cara mengatasi virus kuning dapat dilakukan secara ramah lingkungan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mengekstrak beberapa jenis tumbuhan untuk merangsang pertumbuhan gen resisten yang tahan/kebal terhadap serangan kutu kebul yang menularkan virus kuning. Ektrak tanaman ini merupakan salah satu langkah efektif untuk melindungi tanaman terhadap penyakit virus kuning.
Tanaman yang dapat di ekstrak adalah daun bunga pukul empat, daun bunga pagoda, daun bayam duri. Cara mengenkstrak tanaman tersebut (salah satu) yaitu dengan cara merendam daun sebanyak 250 gram ke dalam 1 liter air panas selama 3 jam, lalu disaring dan di ambil larutan ekstraknya saja. Campurkan larutan ekstrak tersebut dengan air perbandingan 1:10 (1 liter ekstrak ; 10 liter air). Kemudian disemprotkan ke tanaman cabe pada persemaian, 3 hari dan 15 hari setelah pindah tanam.
Pemberian agen hayati juga dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit virus kuning. Jenis agen hayati yang dianjurkan adalah biodecomposer dan biofungisida. Semprotkan agen hayati tersebut pada tanaman cabe di persemaian, 1 minggu dan 4 minggu setelah pindah tanam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar